MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 1
TAHAP PEMBUATAN
SIMPLISIA JAHE
Dosen Pengampu :
1. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt.
2. Mindiya Fatmi, M.Farm., Apt.
Asisten Dosen :
Andhika Edvis
Disusun oleh:
Nama : Varah Narista Prasetyo
NPM :
066119033
Kelas : 3A
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT
senantiasa kita ucapkan. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi
Baginda Agung Rasulullah SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang
lurus.
Penyusunan makalah berjudul “Tahap Pembuatan Simplisia
Jahe”. Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum
Farmakognosi 1. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan
dalam proses pembuatan makalah. Penulis berharap terbuka pada kritik dan saran
sebagai bagian dari revisi makalah bahasa Indonesia ini.
Wassalamualaikum
wr.wb
Bogor, 8 Oktober 2020
Varah Narista
Prasetyo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Cara Pembuatan
2.3 Uji Standarisasi Simplisia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional
merupakan suatu produk pelayanan kesehatan yang strategis karena berdampak positif
terhadap tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Tanaman obat dapat
memberikan nilai tambah apabila diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis
produk. Tanaman obat tersebut dapat diola menjadi berbagai macam produk seperti
simplisia (rajangan), serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering,
instan, sirup, permen, kapsul maupun tablet. Indonesia merupakan negeri yang
kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan rakyatnya secara
turun-temurun sejak zaman nenek moyang terdahulu.
Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah selain
karena bahan bakunya mudah diperoleh, faktor ekonomi turut memengaruhi.
Sebagian besar rakyat Indonesia hidup di pedesaan yang menyebabkan sulitnya
jangkauan obat modern, komunikasi dan transportasi, juga daya beli yang
relative rendah. Penggunaan obat tradisional memiliki daya tarik tersendiri
bagi masyarakat karena selain murah juga alami dan dianggap aman dibandingkan
obat sintetis yang mahal. Oleh karna itu saat ini peneliti banyak mengembangkan
obat dari bahan Alam dan memanfaatkan bahan alam yang selama ini belum banyak
tersebar di dunia industri. Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan
sebagi bahan baku obat yang mengalami pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi
sudah dikeringkan. Permintaan bahan baku simplisia sebagai bahan baku obat-obatan
semakin meningkat dengan bertambahnya industri jamu. Selain itu, efek samping
penggunaan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit lebih kecil dibandingkan
obat sintetis.
Proses pembuatan simplisia diperlukan beberapa tahapan
yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan,
pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. Agar simplisia memiliki
mutu dan ketahanan kualitas yang baik, selain proses pengumpulan baku, sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan dan sortasi kering, juga perlu
diperhatikan proses pengepakan dan penyimpanan karena sangat berpengaruh pada kandungan
kadar zat aktif dalam simplisia.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan simplisia.
2. Memahami cara pembuatan simplisia yang baik dan benar.
3. Mengetahui cara pengolahan simplisia jahe.
4. Mengetahui standarisasi simplisia yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Simplisia adalah
bahan alami yang digunakan untuk obat atau belum mengalami perubahan proses
apapun dan kecuali dinyatakan lain, umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Tujuan pengeringan
simplisia adalah untuk mengurangi kadar air,untuk menjamin dalam penyimpanan,mencegah
pertumbuhan jamur serta mencegah terjadinya proses atau reaksi enzimatika yang
dapat menurunkan mutu.
Simplisia memiliki 3
jenis, yang pertama adalah simplisia nabati yaitusimplisia yang berupa tanaman
utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya.
Kedua adalah simplisia
hewani, yaitu simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Terakhir adalah simplisia
mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
kimia murni.
Jahe (Zingiber offcinale Rosc.), merupakan
rempah yang banyak digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada
makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe
juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe
muda dimakan sebagai lalapan, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu,
karena dapat memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai
bahan
minuman seperti bandrek, skoteng dan sirup. Selain itu
jahe juga dapat diolah menjadi bahan yang tahan simpan, seperti: simplisia, bubuk
jahe, asinan jahe dan permen jahe.
2.2 Cara Pembuatan
Tahapan
pembuatan simplisia jahe adalah sebagai berikut :
A. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif
dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman
yang digunakan.
2. Umur tanaman
yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan
tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan
senyawa aktif di dalam bagian tanaman
yang akan dipanen. Waktu
panen yang tepat
pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman
atau tanaman pada umur tertentu.
B. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada
simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman
obat, bahan-bahan asing
seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang.
Tanah mengandung bermacam-macam
mikroba dalam jurnlah
yang tinggi, oleh
karena itu pembersihan simplisia dari
tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
C. Pencucian
Pencucian
dilakukan pada air mengalir atau pada air yang bertekanan tinggi sehingga tanah
atau kotoran yang menempel terangkat semuanya, dan rimpang menjadi bersih.
D. Blansing
rimpang
dikukus selama 5 menit untuk mepertahankan warna dan perbaikan tekstur.
E. Perajangan
Rimpang
diiris-iris dengan ketebalan 7 – 8 mm. Setelah dijemur atau kering ketebalan
akan menjadi 5 – 6 mm dengan kehilangan berat sekitar 60 – 70% (kadar air
sekitar 7 – 12%). Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin
cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi
irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya
zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga
mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena
itu bahan simplisia seperti
temulawak, temu giring, jahe,
kencur dan bahan sejenis
lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis
untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.
F. Pengeringan
Pengeringan
dapat dilakukan dengan sinar matahari, dengan menggunakan anyaman bambu, lantai
jemur atau tikar sebagai alas jemuran. Tetapi lebih baik denganalat pengering
seperti oven pada suhu 50 °C atau alat pengering surya tipe ERK agar terjaga
dari kotoran, debu, serangga dan lain-lain. Tujuan pengeringan ialah untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang
masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel,masih dapat
bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan
simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.
G. Sortasi Kering
Sortasi
setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan
benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill
ada dan tertinggal pada sirnplisia
kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan.
H. Pengemasan
Pengemasan
simplisia kering lebih mudah dilakukan dan kualitasnya dapat lebih terjamin.
Beberapa faktor yang dapat membuat simplisia rusak antara lain yaitu
cahaya,enzim yang aktif, kelembaban udara dan suhu.
Wadah tempat menyimpan simplisia kering di kategorikan 2
macam :
1) Wadah tertutup baik
Wadah yang harus melindungi isinya terhadap masuknya
bahan padat dari luar dan mencegah kehilangan waktu pengangkutan , penyimpanan
dan penjualan dalam keadaan biasa dan dengan cara biasa.
2) Wadah tertutup rapat
Wadah yang harus melindungi isinya terhadap masuknya
bahan padat atau lengas dari luar dan mencegah kehilangan, pelapukan, pencairan
dan penguapan pada waktu pengurusan pengangkutan, penyimpanan dan penjualan
dalam keadaan biasa dan dengan cara biasa.
I. Penyimpanan
Penyimpanan,
dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu dari simplisia.
Beberapa suhu penyimpanan sebagai berikut :
-Dingin : Tidak lebih dari 8ºC, Lemari pendingin
mempunyai suhu antara 2ºC- 8ºC, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara
-20ºC dan - 10ºC
-Sejuk : Suhu antara 8ºC dan 15ºC.
-Suhu Kamar :adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar
terkendali yaitu antara 15º dan 30º.
-Hangat : 30ºC
-Panas Berlebih : suhu diatas 40ºC
2.3 Uji Standarisasi Simplisia
1. Uji Organoleptis
Pengujian
organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan
diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran. Tujuannya
adalah untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa.
2. Uji makroskopik
Makroskopik merupakan
pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca
pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia.
Tujuannya adalah untuk mengetahui morfologi, ukuran,dan warna simplisia.
3. Uji mikroskopik
Pengujian
mikroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran tertentu yang disesuaikan dengan keperluan simplisia yang diuji
dapat berupa sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya
untukmengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas dari simplisia.
Tujuannya adalah untuk mengetahui kekhasan anatomi, mengetahui fragmen penanda.
4. Uji histokimia
Pengujian histokimia,
yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara mentetesi serbuk simplisia dengan
berbagai macam pereaksi yang spesifik. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kandungan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan dengan pereaksi yang spesifik.
5. Uji kadar abu
Pengujian kadar abu,
adalah pengujian yang dilakukan dengan membakar serbuk simplisia hingga
membentuk arang dan menjadi abu. Tujuannya adalah untuk memberikan batasan
minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan.
6. Uji kadar air
Pengujian kadar air,
adalah kadar bagian yang mengandung air. dilakukan dengan mengoven serbuk
simplisia sebanyak gram yang diinginkan, dan dilakukan berkali –kali hingga
diperoleh bobot yang konstan. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran
kandungan mineral internal daneksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak.
7. Uji susut
pengeringan
Pengujian susut
pengeringan, adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Pegujian yang
dilakukan dengan mengoven serbuk simplisia sebanyak gram yang diperlukan yang
dilakukan berkali-kali hingga diperoleh bobot yang konstan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui simplisia tidak rusak jika disimpan dalam waktu relatif lama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah
tahap pembuatan simplisia yang telah saya tulis maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Pembuatan
simplisia harus memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan untuk
mendapatkan hasil simplisia yang diharapkan.
2. Tidak semua bahan
baku simplisia mendapat perlakuan yang sama dalam pembuatan simplisia.
3. Setiap tahap dalam
pembuatan simplisia sangat mempengaruhi standar dari simplisia tersebut.
3.2 Saran
Tetap menjaga suhu
kelembapan simplisia dengan suhu antara15-25ºC dan Sebaiknya pengeringan
simplisia di suhu konstan dengan menggunakan oven yaitu 40-60ºC agar tidak
terjadi jamur. Sedangkan simplisia yang mudah menyerap air harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat yang berisi kapur tohor.
DAFTAR PUSTAKA
Ashutosh Kar ,2014,“Farmakognosi dan Farmakobioteknologi Ed.2” Vol.1 Jakarta : EGC.
Drs.R.Bambang Sutrisno,1974, “Ihtisar Farmakognosi edisi IV”, Jakarta : Pharmascience Pasific.
Ihsan, makmun,2012, “Dikat Farmakognosi Jilid 2.3 Edisi 2”,Cianjur,Jawa
Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar