Minggu, 08 November 2020

MAKALAH FARMAKOGNOSI 1: TAHAP PEMBUATAN SIMPLISIA JAHE

 

MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 1

TAHAP PEMBUATAN SIMPLISIA JAHE

 

 

Dosen Pengampu      : 1. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt.

  2. Mindiya Fatmi, M.Farm., Apt.

 

Asisten Dosen            : Andhika Edvis

 

Disusun oleh:

Nama  : Varah Narista Prasetyo

NPM     : 066119033

Kelas    : 3A

 



 

 

 

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR


2020



 

KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus.

Penyusunan makalah berjudul “Tahap Pembuatan Simplisia Jahe”. Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Farmakognosi 1. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dalam proses pembuatan makalah. Penulis berharap terbuka pada kritik dan saran sebagai bagian dari revisi makalah bahasa Indonesia ini.

 

Wassalamualaikum wr.wb

 

Bogor, 8 Oktober 2020

 

 

Varah Narista Prasetyo

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR.. 2

DAFTAR ISI. 3

BAB I. 4

PENDAHULUAN.. 4

1.1 Latar Belakang. 4

1.2 Tujuan Penulisan . 5

BAB II. 6

PEMBAHASAN.. 6

2.1 Pengertian. 6

2.2 Cara Pembuatan. 7

2.3 Uji Standarisasi Simplisia. 9

BAB III. 12

PENUTUP. 12

3.1 Kesimpulan. 12

3.2 Saran. 12

DAFTAR PUSTAKA.. 13

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I
PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional merupakan suatu produk pelayanan kesehatan yang strategis karena berdampak positif terhadap tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Tanaman obat dapat memberikan nilai tambah apabila diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis produk. Tanaman obat tersebut dapat diola menjadi berbagai macam produk seperti simplisia (rajangan), serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, instan, sirup, permen, kapsul maupun tablet. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan rakyatnya secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang terdahulu.

Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah selain karena bahan bakunya mudah diperoleh, faktor ekonomi turut memengaruhi. Sebagian besar rakyat Indonesia hidup di pedesaan yang menyebabkan sulitnya jangkauan obat modern, komunikasi dan transportasi, juga daya beli yang relative rendah. Penggunaan obat tradisional memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena selain murah juga alami dan dianggap aman dibandingkan obat sintetis yang mahal. Oleh karna itu saat ini peneliti banyak mengembangkan obat dari bahan Alam dan memanfaatkan bahan alam yang selama ini belum banyak tersebar di dunia industri. Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagi bahan baku obat yang mengalami pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah dikeringkan. Permintaan bahan baku simplisia sebagai bahan baku obat-obatan semakin meningkat dengan bertambahnya industri jamu. Selain itu, efek samping penggunaan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit lebih kecil dibandingkan obat sintetis.

Proses pembuatan simplisia diperlukan beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. Agar simplisia memiliki mutu dan ketahanan kualitas yang baik, selain proses pengumpulan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan dan sortasi kering, juga perlu diperhatikan proses pengepakan dan penyimpanan karena sangat berpengaruh pada kandungan kadar zat aktif dalam simplisia.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan simplisia.

2. Memahami cara pembuatan simplisia yang baik dan benar.

3. Mengetahui cara pengolahan simplisia jahe.

4. Mengetahui standarisasi simplisia yang baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II
PEMBAHASAN
 

2.1 Pengertian

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat atau belum mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain, umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.

Tujuan pengeringan simplisia adalah untuk mengurangi kadar air,untuk menjamin dalam penyimpanan,mencegah pertumbuhan jamur serta mencegah terjadinya proses atau reaksi enzimatika yang dapat menurunkan mutu.

Simplisia memiliki 3 jenis, yang pertama adalah simplisia nabati yaitusimplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Kedua adalah simplisia hewani, yaitu simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

Terakhir adalah simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

            Jahe (Zingiber offcinale Rosc.), merupakan rempah yang banyak digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai lalapan, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karena dapat memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan

minuman seperti bandrek, skoteng dan sirup. Selain itu jahe juga dapat diolah menjadi bahan yang tahan simpan, seperti: simplisia, bubuk jahe, asinan jahe dan permen jahe.

 

 

2.2 Cara Pembuatan

            Tahapan pembuatan simplisia jahe adalah sebagai berikut :

A. Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :

1.   Bagian tanaman yang digunakan.

2.   Umur tanaman yang digunakan.

3.   Waktu panen.

4.   Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam  bagian  tanaman  yang akan dipanen. Waktu  panen  yang  tepat  pada saat  bagian  tanaman  tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah  yang terbesar. Senyawa  aktif terbentuk  secara maksimal di dalam bagian  tanaman  atau  tanaman  pada umur tertentu.

 

B. Sortasi Basah

Sortasi basah  dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-bahan  asing  lainnya dari bahan  simplisia. Misalnya  pada  simplisia  yang  dibuat  dari akar suatu  tanaman obat,  bahan-bahan  asing  seperti  tanah,  kerikil,  rumput,  batang,  daun, akar  yang telah  rusak, serta pengotoran  lainnya harus  dibuang.  Tanah mengandung  bermacam-macam mikroba  dalam  jurnlah  yang  tinggi,  oleh  karena  itu  pembersihan simplisia  dari  tanah  yang  terikut dapat  mengurangi  jumlah mikroba awal.

 

C. Pencucian

            Pencucian dilakukan pada air mengalir atau pada air yang bertekanan tinggi sehingga tanah atau kotoran yang menempel terangkat semuanya, dan rimpang menjadi bersih.

 

D. Blansing

            rimpang dikukus selama 5 menit untuk mepertahankan warna dan perbaikan tekstur.

E. Perajangan

            Rimpang diiris-iris dengan ketebalan 7 – 8 mm. Setelah dijemur atau kering ketebalan akan menjadi 5 – 6 mm dengan kehilangan berat sekitar 60 – 70% (kadar air sekitar 7 – 12%). Semakin  tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,  sehingga  mempercepat waktu  pengeringan. Akan  tetapi  irisan  yang  terlalu  tipis juga  dapat menyebabkan berkurangnya  atau  hilangnya  zat  berkhasiat  yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi  komposisi bau  dan rasa yang diinginkan. Oleh  karena  itu bahan  simplisia  seperti  temulawak,  temu  giring, jahe,  kencur dan  bahan  sejenis  lainnya dihindari perajangan yang terlalu  tipis  untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.

 

F. Pengeringan

            Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari, dengan menggunakan anyaman bambu, lantai jemur atau tikar sebagai alas jemuran. Tetapi lebih baik denganalat pengering seperti oven pada suhu 50 °C atau alat pengering surya tipe ERK agar terjaga dari kotoran, debu, serangga dan lain-lain. Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah  rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang  lebih lama. Dengan mengurangi kadar  air dan menghentikan  reaksi  enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.

 

G. Sortasi Kering

            Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan  simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian  tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan  tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk  kernudian disimpan.

 

 

H. Pengemasan

            Pengemasan simplisia kering lebih mudah dilakukan dan kualitasnya dapat lebih terjamin. Beberapa faktor yang dapat membuat simplisia rusak antara lain yaitu cahaya,enzim yang aktif, kelembaban udara dan suhu.

Wadah tempat menyimpan simplisia kering di kategorikan 2 macam :

1) Wadah tertutup baik

Wadah yang harus melindungi isinya terhadap masuknya bahan padat dari luar dan mencegah kehilangan waktu pengangkutan , penyimpanan dan penjualan dalam keadaan biasa dan dengan cara biasa.

2) Wadah tertutup rapat

Wadah yang harus melindungi isinya terhadap masuknya bahan padat atau lengas dari luar dan mencegah kehilangan, pelapukan, pencairan dan penguapan pada waktu pengurusan pengangkutan, penyimpanan dan penjualan dalam keadaan biasa dan dengan cara biasa.

           

I.  Penyimpanan

            Penyimpanan, dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu dari simplisia.

Beberapa suhu penyimpanan sebagai berikut :

-Dingin : Tidak lebih dari 8ºC, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 2ºC- 8ºC, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20ºC dan - 10ºC

-Sejuk : Suhu antara 8ºC dan 15ºC.

-Suhu Kamar :adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali yaitu antara 15º dan 30º.

-Hangat : 30ºC

-Panas Berlebih : suhu diatas 40ºC

 

2.3 Uji Standarisasi Simplisia

            1. Uji Organoleptis

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa.

2. Uji makroskopik

Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia. Tujuannya adalah untuk mengetahui morfologi, ukuran,dan warna simplisia.

3. Uji mikroskopik

Pengujian mikroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran tertentu yang disesuaikan dengan keperluan simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya untukmengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas dari simplisia. Tujuannya adalah untuk mengetahui kekhasan anatomi, mengetahui fragmen penanda.

4. Uji histokimia

Pengujian histokimia, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara mentetesi serbuk simplisia dengan berbagai macam pereaksi yang spesifik. Tujuannya adalah untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan dengan pereaksi yang spesifik.

5. Uji kadar abu

Pengujian kadar abu, adalah pengujian yang dilakukan dengan membakar serbuk simplisia hingga membentuk arang dan menjadi abu. Tujuannya adalah untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan.

6. Uji kadar air

Pengujian kadar air, adalah kadar bagian yang mengandung air. dilakukan dengan mengoven serbuk simplisia sebanyak gram yang diinginkan, dan dilakukan berkali –kali hingga diperoleh bobot yang konstan. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal daneksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.

7. Uji susut pengeringan

Pengujian susut pengeringan, adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Pegujian yang dilakukan dengan mengoven serbuk simplisia sebanyak gram yang diperlukan yang dilakukan berkali-kali hingga diperoleh bobot yang konstan. Tujuannya adalah untuk mengetahui simplisia tidak rusak jika disimpan dalam waktu relatif lama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III
PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah tahap pembuatan simplisia yang telah saya tulis maka dapat di simpulkan bahwa :

1. Pembuatan simplisia harus memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan untuk mendapatkan hasil simplisia yang diharapkan.

2. Tidak semua bahan baku simplisia mendapat perlakuan yang sama dalam pembuatan simplisia.

3. Setiap tahap dalam pembuatan simplisia sangat mempengaruhi standar dari simplisia tersebut.

 

3.2 Saran

Tetap menjaga suhu kelembapan simplisia dengan suhu antara15-25ºC dan Sebaiknya pengeringan simplisia di suhu konstan dengan menggunakan oven yaitu 40-60ºC agar tidak terjadi jamur. Sedangkan simplisia yang mudah menyerap air harus disimpan dalam wadah tertutup rapat yang berisi kapur tohor.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ashutosh Kar ,2014,“Farmakognosi dan Farmakobioteknologi Ed.2” Vol.1 Jakarta : EGC. 

Drs.R.Bambang Sutrisno,1974, “Ihtisar Farmakognosi edisi IV”, Jakarta : Pharmascience Pasific. 

Ihsan, makmun,2012, “Dikat Farmakognosi Jilid 2.3 Edisi 2”,Cianjur,Jawa Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HADA LABO GOKUJYUN ULTIMATE MOISTURIZING MILK

 HADA LABO GOKUJYUN ULTIMATE MOISTURIZING MILK Pelembab merupakan kebutuhan dasar yang sifatnya wajib bagi kulit manusia. Pelembab wajah dib...